Sulteng, Chaneltimur.com – Sungai Karona di Desa Sidondo I, Sidondo II dan Pesaku, Kecamatan Sigi Biromaru dan Dolo Barat, Kabupaten Sigi, membutuhkan normalisasi sungai sepanjang 7 kilometer (KM). Pasalnya, air di sungai itu kerap meluap saat musim penghujan tiba.
Petani kebun di desa Sidondo I, Bapak Ruslan saat dikonfirmasi awak media mengatakan, sungai tersebut kerap meluap saat musim penghujan lantaran terjadinya pendangkalan disepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) meluapnya air sungai tersebut sering terjadi di musim penghujan tiba, tak jarang tanaman para petani kebun di kawasan ini terkena dampak imbasnya.
“Karena pendangkalan tersebut, air hujan gampang meluap ke kebun-kebun masyarakat,” Ucap Pak Ruslan saat di wawancara di kebun miliknya di bentaran sungai karona, Kamis (27/05/2021).
Lanjut Pak Ruslan, pendangkalan sungai mengakibatkan sering terjadinya banjir bandang sepanjang tahun di musim penghujan tiba. Banjir yang menyeret material pasir, lumpur hingga kayu yang berukuran besar mengakibatkan puluhan hektare kebun warga tertimbun lumpur dan berdampak pada kerugian yang dialami oleh para petani kebun.
Menurutnya, jika normalisasi sungai ini tidak segera ditangani, maka dikhawatirkan kembali mengancam puluhan hektar kebun warga lainnya yang berada di bantaran sungai itu.
“Sepanjang sungai itu ada kebun kelapa, coklat, Jagung, Cabe, dan tanaman lainnya, sebagian sudah tertimbun lumpur dan terbawa arus yang menjadi daerah aliran sungai baru akibat banjir bandang yang menghantam. Jika tidak segera dinormalisasi, kami khawatir kebun-kebun yang lain juga mengalami nasib sama,” jelasnya.
Petani kebun di tiga desa yang ada dari dua kecamatan ini berharap, Pemerintah Kabupaten khususnya Provinsi Sulteng, bisa menurunkan alat beratnya dan memasang batu gajah sebagai penahan hantaman air jika di musim penghujan tiba, yang artinya bertujuan untuk melakukan normalisasi di Sungai Karona tersebut sekitar 7 kilometer (KM) hingga ke batas aman untuk kebun masyarakat di wilayah rawan banjir tersebut.
“Jika sungai itu dinormalisasi maka kebun-kebun masyarakat yang nota benenya adalah salah satu sumber kehidupan masyarakat setempat akan terselamatkan. Jika kebun mereka habis, ya kemana lagi mereka akan mencari nafkah untuk hidup,” ujarnya.
Firman