Luwu Timur, Chaneltimur.com – Kalau Anda lewat ke Lorong 2, Desa Kertoraharjo, Kecamatan Tomoni Timur, mungkin takkan melihat apa-apa. Jalannya masih kerikil, belum diaspal mulus seperti lorong sebelahnya, yang terdengar hanya suara ayam kampung yang lebih cepat dari notifikasi WhatsApp Anda. Tapi kalau Anda sedikit menoleh, di ujung lorong itu, berdiri sebuah bangunan kayu berukuran 4 x 8 meter. Dindingnya dari papan, lantainya pun kayu. Tapi jangan salah.
Itulah Briliant Learning Center. Atau BLC. Singkatannya memang agak kebarat-baratan. Tapi filosofi pendirinya sangat lokal : Simple but Qualified. Sederhana tapi berkualitas.
Di situlah setiap sore, anak-anak kecil berseragam merah-putih, bahkan yang masih TK, duduk bersila, membuka buku-buku bergambar, dan belajar bahasa Inggris. Ya, bahasa Inggris. Di lorong kampung. Di bangunan kayu.
Yang mengajar bukan guru kursusan. Bukan juga mahasiswa part time. Tapi langsung suami istri pemiliknya. Wayan Mardinata sang guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Tomoni Timur dan istrinya, Wayan Marini guru TK di Sri Ganesa, Kertoraharjo.
Mereka bukan sekadar mengajar. Mereka merawat. Memperbaiki. Menyemai mimpi. Mungkin karena mereka tahu, di tempat sekecil ini, di ruang sehangat ini, masa depan itu bisa lahir.
BLC mulai berdiri sejak 2014. Dan masih berjalan sampai sekarang. Bertahan tanpa sponsor. Tanpa plang besar. Bahkan tidak punya pendingin ruangan. Tapi setiap tahun, ada anak-anak yang terus datang. Bukan hanya dari Tomoni Timur. Tapi juga dari Mangkutana, dari desa-desa tetangga. Mungkin karena kabar baik, tak butuh spanduk.
Saya suka menyebutnya begini, ini tempat belajar yang lebih dari sekadar kursus. Karena di sana, pelajaran bukan cuma soal grammar. Tapi juga tentang komitmen, kesetiaan pada profesi, dan cinta pada kampung halaman.
Tidak ada smartboard. Tidak ada Wi-Fi. Tapi ada semangat yang kadang lebih canggih dari teknologi.
Bangunan kayu. Tapi isinya emas.
Red