Luwu Timur, Chaneltimur.com – Puncak Peringatan Hari Jadi Luwu (HJL) ke 756 dan Hari Perlawanan Rakyat Luwu (HPRL) ke 78 dipusatkan di Stadion H. Andi Hasan Opu To Hatta, Desa Puncak Indah, Kecamatan Malili, Luwu Timur Selasa (23/01/2024).

Kegiatan diawali dengan pertunjukan Tari Kolosal Simpuru’siang oleh 756 siswa-siswi dari SMA, SMP, dan SMK se-Kecamatan Malili plus Sanggar Tari Rumah Singgah Kecamatan Wotu, kemudian dilanjutkan dengan Defile peserta dari Kabupaten / kota se Tana Luwu, Kabupaten Kolaka dan Kolaka Utara Provinsi Sulawesi Tenggara. Pada Defile peserta ini diringi oleh Mars masing-masing kabupaten/kota yang dinyanyikan oleh kelompok paduan suara Luwu Timur.
Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan sejarah singkat Hari Jadi Luwu ke 756 dan Hari Perlawanan Rakyat Luwu ke 78 oleh Ketua DPRD Luwu Timur, Aripin S.Ag.

Sementara itu, Bupati Luwu Timur, H. Budiman dalam sambutannya menyampaikan selamat datang di Bumi Batara Guru, Luwu Timur kepada Pj. Gubernur Sulsel dan segenap Pemerintah Kabupaten/kota Se Tana Luwu, Kolaka dan Kolaka Utara.
“Kehadiran kita semua hari ini tidak hanya menyaksikan refleksi perjuangan mulia para leluhur Tana Luwu, tapi juga terus merawat spirit Toddopuli Temmalara dalam bingkai Bunga Waru (yang bermakna; Persatuan dalam keseimbangan dan harmonisasi),” ucap Budiman dengan lantang.

“Kita semua berharap momentum Peringatan HJL dan HPRL ini menjadi spirit dan inspirasi bagi Wija To Luwu untuk tetap menjaga falsafah; Sipakatau (Saling Menghargai), Sipakainge (Saling Mengingatkan), Sipakalebbi (Saling Menyayangi), Masseddi Siri’ (satu harga diri), Sirui’ menre‘ tessirui no’ (saling mengangkat, tidak saling merendahkan) karena “Bersama Lebih Kuat, Tanah Luwu Menjadi Hebat”, sebagaimana tema utama HJL dan HPRL tahun ini,” ungkapnya.


Usai sambutan Bupati, acara dilanjutkan dengan Upacara HJL ke 756 dan HPRL ke 78, bertindak sebagai Inspektur Upacara Pj. Gubernur Sulawesi Selatan, Dr. Bahtiar Baharuddin.
Dalam sambutannya, Bahtiar Baharuddin mengucap syukur hari ini kita memperingati Hari Perlawanan Rakyat Luwu ke 78 yang merupakan peristiwa bersejarah di awal Tahun ’46.

“Dan inilah yang kemudian pada akhirnya negeri ini bisa kita nikmati sebagai sebuah negara karena gerakan perlawanan rakyat sampai ’45 sampai ’49 tidak pernah selesai. Nanti setelah konferensi meja bundar bari negeri ini agak tenang,” bebernya.


