Chaneltimur.Com.OPINI MUBAR – 9 Oktober 2021 merupakan hari bersejarah bagi segenap masyarakat Muna Barat. Bersejarah, karena dihari itu adalah HUT Muna Barat ke 7. Sekalipun masih menyimpan polemik tentang pemilihan tanggal itu sebagai titik tolak perayaan Ultah Muna Barat namun rasanya bagi saya tak cukup substantif menjadikan ihwal tanggal itu sebagai awal perbedaan masyarakat dalam melihat Muna Barat hari ini dan akan datang.
Rasanya Muna Barat memasuki usia yang hampir 1 dasawarsa seperti baru kemarin, sebagai bagian dari generasi awal pegawai yang ikut memilih pindah ke Muna Barat sejak Januari 2015 saya tentu masih ingat banyak hal diawal awal ketika pertama kali bertugas di Muna Barat. Dari raha mau ke kambara kita akan melewati jalur jalan yang sungguh memprihatinkan, jalan yang begitu banyak kubangan apalagi di musim penghujan sulitnya tak terkirakan. Saya pun masih ingat dijalur itu minimal 2 jam perjalanan ditempuh dengan jarak kurang lebih 45 km. Saat ini kondisinya sudah sangat jauh berbeda, jika kita menggeber kendaraan minimal 60 km/jam, 45 menit sudah sampai di Kambara ibukota Kecamatan Tikep. Belum lagi dijalur lain, misalnya sepanjang ring road dari arah Kecamatan Kusambi Desa Guali menuju Kambara juga demikian, saat ini jalannya hotmix 2 jalur lebar 22 meter. Sampai saat ini Pemda Muna Barat masih merampungkan sisa jalur kedua dan 3 titik jembatan yang tengah dalam proses pembangunan.
Soal infrastruktur jalan dan jembatan rasa rasanya kisah pembangunannya sulit untuk dibantah. Apalagi merujuk pada capaian 786 km jalan yang telah dibangun oleh Bupati defenitif pertama La Ode M. Rajiun Tumada. Menurut banyak orang Bupati defenitif pertama ini daya jangkau dan penetrasi pembangunannya memang spektakuler khususnya disektor infrastruktur jalan dan jembatan. Hampir setiap ruas jalan di Muna Barat tak ada yang tak tersentuh pembangunan. Pada tahun 2020 yang lalu dia mengundurkan diri, namun peninggalannya amat berharga khususnya bagi rakyat kebanyakan yang merasakan langsung manfaat pembangunannya. Sekalipun demikian, gagasan dan konsepsi pembangunannya masih tetap dilanjutkan dalam konteks Rahmatnya Muna Barat. Sebuah dokumen politik tentang arah pembangunan Muna Barat yang yang termaktub didalam RPJMD Muna Barat 2017-2022.
Saat ini Muna Barat berumur 7 tahun, tentu cerita tentang jalan dan jembatan tak akan cukup menjawab kebutuhan masyarakat. Apalagi spektrum kebutuhan masyarakat teramat luas. Pemerintah tak cukup bercerita tentang berapa jalan dan jembatan yang dibangun, atau berapa fasilitas pemerintah yang dibangun, masyarakat membutuhkan lebih dari sekedar itu. Bandar Udara Sugi Manuru atau Pelabuhan Tondasi yang saat ini sudah beroperasi tak akan memiliki nilai tambah bagi daerah jika tingkat keterisian pesawat atau kapal fery masih sangat rendah. Jika rendah, secara otomatis tidak akan menguntungkan bagi daerah karena daerah masih akan menggelontorkan dana untuk subsidi mengisi kursi kosong. Kondisi demikian, hendaknya menjadi perhatian stakeholders terkait bahwa perlu ada kebijakan khusus untuk meningkatkan kunjungan di Muna Barat agar fasilitas perhubungan tersebut dapat beroperasi secara optimal. Ini artinya semua bekerja dari hulu ke hilir. Sektor parawisata digenjot, penataan destinasi, perumusan branding, pemasaran sampai dengan mempersiapkan dukungan sektor lainnya seperti jalur konektivitas yang baik dan memadai, dan menjaga kondusifitas daerah agar para traveller merasa aman, nyaman berkunjung di Muna Barat. Sektor lain juga patut mendapat perhatian, misalnya komoditas pertanian yang dapat dijual ke wilayah tetangga (Bombana, Bau Bau, Buton Tengah bahkan Muna) juga ditingkatkan produktivitasnya. Meningkatnya produktivitas, dukungan akses pasar, dan jalur logisitik yang baik pastilah akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Jika jalan dan jembatan dibangun namun tidak dimanfaatkan sebagai jalur logistik maka investasi ratusan milyar itu akan terasa kurang manfaatnya apalagi bagi peningkatan ekonomi daerah.
Tantangan Muna Barat hari ini tak hanya sebatas menghadirkan infrastruktur, lebih dari itu Muna Barat harus lah didorong untuk menjawab cita cita dasar terbentuknya suatu daerah otonom baru. Cita cita dasar itu adalah mendorong peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan, serta kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk penyelenggaraan otonomi daerah. Cita cita dasar ini termaktub dalam UU No 14 Tahun 2014 tentang Pembentukan Kabupaten Muna Barat.
Fungsi pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesungguhnya sudah berjalan namun perlu dioptimalkan lagi, tren pelayanan pemerintahan tidak hanya sebatas aspek rutinitas formalistik namun bagaimana dapat didorong agar pelayanan pemerintahan lebih menjawab masalah masalah mendasar kemasyarakatan, pendekatannya lebih “problem solving”. Misalnya daftar inventarisasi kebutuhan pembangunan di 11 kecamatan, 81 desa dan 5 kelurahan itu merupakan cerminan kehendak rakyat yang sesungguhnya dan sedapat memungkin memiliki daya ungkit ekonomi bagi peningkatan pendapatan asli daerah. Muna Barat hari ini dengan segala potensi yang dimiliki harus cepat merumuskan positioningnya. Positioning adalah tindakan memposisikan diri dengan melihat potensi yang dimiliki terhadap daerah layanan dan pesaing wilayah agar dapat tercipta kesan tertentu diingatan masyarakat luar Muna Barat tentang Muna Barat.
Pilihan positioning itu lah yang akan menentukan arah pembangunan Muna Barat. Positioning itu berbeda dengan Visi dan Misi 5 tahunan. Visi dan Misi 5 tahunan itu idealnya disusun berdasarkan positioning Muna Barat. Misalnya positioning Muna Barat, “Muna Barat Keren” Artinya janji Muna Barat itu bagi pelanggannya adalah “keren”. Keren infrstrukturnya, keren pelayanan pemerintahannya, keren destinasi wisatanya, dan lain lain. Setelah perumusan positioning ini, differensiasi atau faktor pembedanya dengan wilayah pesaingnya. Misalnya jika harus membandingkan Muna dan Muna Barat, pelanggan daerah akan melihat apa sih yg berbeda antar ke dua daerah ini yang nota bene secara sosial kultural tak memiliki perbedaan. Berarti perlu ada diffrensiasi yang lain sehingga orang melihat Muna dan Muna Barat itu berbeda tidak hanya berbeda secara administratif, namun juga kebiasaan, cara, metode atau gaya, aliran politik dan mungkin pada hal hal lainnya juga. Karena jika Muna Barat hari ini masih memakai cara kebiasaan yang ada di Muna maka sesungguhnya pilihan Muna Barat untuk mekar di tahun 2014 silam tidak lah substantif dan fundamental. Jika mekar menjadi DOB, maka siap tidak siap, mau tidak mau Muna Barat harus lebih maju dan menawarkan gaya pembangunan yang lebih dibanding Kabupaten induknya. Karena jika masih mengikuti pola lama itu artinya terjadi stagnansi pembangunan. Muna Barat lahir tak sekedar lahir secara yuridis namun “lahir” sebagai bayi yang dapat tumbuh menjadi dewasa, gagah, tampan, cantik, cerdas, mulia adabnya dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya sehingga banyak orang yang berminat meminangnya. Prasayaratnya harus ada konsensus segenap elemen masyarakat mewujudkan Muna Barat yang seperti itu. Melahirkan konsensus mungkin akan sulit jika masih saja ada silang sengkarut kepentingan. Namun jika ingin Maju, maka segenap komponen kekuatan di Muna Barat harus melepas ego demi kepentingan daerah dan nasib anak generasi akan datang Muna Barat.
Setelah kita mengetahui positioning, diffrensiasi maka bisa lah kita merumuskan branding Muna Barat yang tepat sesuai potensi dan karakteristiknya. Branding ini akan menjadi “merek” dagang bagi kawasan ini. Merek yang dapat melekat dalam kesadaran masyarakat. Merek yang dapat meningkatkan kebanggaan masyarakatnya, merek yang dapat menjaga perilaku masyarakatnya, yang mendrive pada hal hal yang patut dan pantas. Ekuitas merek/brand yang dimiliki oleh Muna Barat akan melahirkan kepercayaan masyarakat luar terhadap daerah ini. Namun itu tak cukup sebatas brand yang dimunculkan dalam selembar spanduk semata. Namun perlu didukung oleh adanya kebijakan pembangunan yang fokus untuk memperkuat brand itu. Setiap kebijakan lintas sektor harus memperkuat ekuitas merek atau brand itu. Tak ada lagi kebijakan sektoral dan parsial, namun semua terintegrasi untuk mewujudkan brand yang telah dipilih. Di usia ke 7 ini apakah brand itu sudah dirumuskan atau masih dalam tataran konsep semata? Jika masih belum, rasanya belum terlambat. Apa yang telah dicapai saat ini rasanya cukup menjadi fundamen untuk mewujudkan hal itu. Akhirnya selamat Ultah Muna Barat ke 7. Semangat Baru, Lanjutkan Karya.