( Perbandingan Penanganan Covid-19 Antara Singapura dan Indonesia)
Penulis : Muh Syahrrul Soulisa
Chaneltimur.com – Sudah dua decade ini dunia terjangkit dengan wabah mematikan yaitu Severe acute respiratory syndrome corona virus ( SARS-CoV-2 ), berdasarkan data Wordometers, total kasus infeksi virus mencapai kurang lebih 163.694.333 kasus terpapar virus, dari jumlah itu, sebanyak 3.392.634 orang meninggal dunia, dan 142.144.554 orang dinyatakan pulih. Hal ini berdampak pada seluruh arus globalisasi dunia, antara lain yang terdampak pada sector kemajuan Negara adalah sector ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan social politik.
Singapura dan Indonesia termasuk Negara yang terkena dampak dari serangan virus mematikan tersebut, kedua Negara juga mengalami penurunan yang cukup signifikan akibat dampak dari covid-19, berbeda dengan singapura, Sampai 31 Juli 2020 jumlah kasus di Singapura adalah 52.087 orang dan jumlah pasien meninggal adalah 27 orang. sedangkan di Indonesia, pada tanggal 30 juli 2020, telah melaporkan 106.336 kasus infeksi. Dari angka itu sebanyak 4.975 orang meninggal dunia, dan 62.138 pasien dinyatakan sembuh.
Penanganan COVID-19 di Singapura bisa di bilang cukup menarik karena pada satu decade tercatat hanya 27 orang meninggal dunia. Padahal Mobilitas orang dari dan ke Tiongkok adalah besar tiap bulannya. Menurut Singapore Tourism Board, jumlah pengunjung dari Tiongkok adalah 330.000 orang tiap bulan di tahun 2019. Praktis mobilitas orang, barang dan modal adalah tinggi di Singapura.
Tingginya mobilitas orang, barang dan jasa seharusnya membuat sebaran virus menjadi mudah. Namun, Singapura dianggap sebagai tiga negara yang berhasil dan banyak dijadikan rujukan penanganan COVID-19 bersama Korea Selatan dan Taiwan.
Ada tiga hal yang mendorong keberhasilan Singapura: memiliki sistem mitigasi bencana kesehatan yang responsif dan efisien; legitimasi pemerintah yang tinggi; dan adanya modal sosial di masyarakat yang pernah mengalami kondisi pendemi yaitu SARS.
Pertama adalah kualitas layanan kesehatan. Singapura termasuk negara yang memiliki kualitas layanan kesehatan yang efisien dan terjangkau. Pemerintah juga menggunakan big data dan artificial intelligence untuk kebutuhan tracing. Singapura menjadi lebih unggul dalam penanganan karena berhasil mengkombinasikan kompetensi tehnik dengan keahlian scientific. Kedua adalah legitimasi pemerintah yang ditentukan oleh kapasitas negara. Singapura memiliki pemerintah semi terpusat dengan legitimasi tinggi. Ketika COVID-19 ditemukan di Wuhan pada 31 Desember 2019, tanggal 2 Januari 2020 Kementrian Kesehatan Singapura meningkatkan level kewaspadaan kesehatan nasional dan telah mengeluarkan panduan identifikasi orang dengan COVID-19.
Respon pemerintah yang cepat ini tidak terlepas dari legitimasi tinggi pemerintahannya. Ketiga adalah modal sosial. Modal sosial yang dimaksud adalah pengalaman penanganan pendemi di masa lalu. Pengalaman Singapura dengan SARS dimasa lalu membuat warga Singapura memahami benar apa dampak pendemi bagi aktivitas ekonomi dan kehidupan sosial mereka. Hal ini membuat manajemen pendemi yang dilakukan oleh pemerintah lebih mudah dilakukan.
Kedua Negara ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan, terkhusus pada kasus yang terkena virus corona, di Indonesia kasus kematian akibat terjengkit Covid-19 berjumlah 4.975 orang, hal ini tentunya bisa di bilang jumlah yang cukup besar pada satu decade masuknya Covid-19 di Indonesia. Bahkan Tepat dua pekan setelah Hari Raya Idul Fitri, terjadi lonjakan penambahan kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai 6 ribuan kasus per hari.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI Kamis (27/5/2021) hingga pukul 12.00 WIB, pertambahan kasus Covid-19 sebanyak 6.278 kasus menjadi 1,79 juta. Ini merupakan pertambahan kasus harian terbesar kedua dalam lebih dari sebulan terakhir.
Alasan ini kemudian menjadi analisis perbandingan terhadap kedua Negara tersebut dalam menghadapi wabah penyakit covid-19, berbeda dengan Indonesia, singapura menggunakan metode yang cukup produktif, penulis mencoba mengambil satu contoh penangan kasus di singapura.
Kementerian Kesehatan di singapura melakukan satu metode yang cukup baik, yaitu memberikan informasi lengkap soal update perkembangan wabah virus corona serta langkah-langkah yang sudah diambil pemerintah. Bedanya, Pemerintah Singapura mampu memberikan kelengkapan situs yang lebih informatif, termasuk update informasi secara langsung, per minggu, hari, hingga jam.
Di Singapura, informasi seperti detail tempat pasien tinggal, bekerja, dan bermain dirilis dengan cepat secara online. Singapura memanfaatkan CCTV dan catatan imigrasi untuk mengungkapnya. Selain itu Singapura memiliki 140 pelacak kontak yang menjabarkan riwayat kasus setiap pasien. Mereka bekerjasama dengan polisi dan layanan keamanan setempat. Pengendalian penyakit melanggar kebebasan individu, tapi masyarakat Singapura mau menerima perintah atau aturan dari pemerintah untuk kesehatan bangsanya.
Aturan saja tidak cukup. Masyarakat juga harus tertib mengikuti aturan yang dibuat pemerintah. Hal itu memungkinkan orang lain melindungi diri mereka sendiri. Pemerintah juga memiliki klinik khusus untuk epidemi. Selain itu pemerintah mengeluarkan pesan resmi yang mendesak masyarakat untuk mencuci tangan dan mengatur tata cara bersin selama flu. Kebijakan lain yang dibuat Singapura adalah pelarangan wisatawan mulai akhir Januari. Singapura menjadi salah satu negara yang melarang wisatawan dari China.
Selain itu orang yang dekat dengan pasien dikarantina untuk membatasi penyebaran. Di negara berpenduduk 5,7 juta orang itu, pemerintahnya mengembangkan kemampuan untuk menguji lebih dari 2.000 orang per hari. Pengujian sampel itu gratis. Demikian juga perawatan medis untuk semua penduduk. Orang yang diketahui dekat dengan pasien dimasukkan ke dalam karantina wajib untuk menghentikan penularan lebih lanjut.
Hampir 5.000 orang telah diisolasi. Bagi mereka yang menghindari perintah karantina dapat menghadapi dakwaan pidana.
Sedangkan di Indonesia Pemerintah Pusat melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 membuat empat strategi yang akan secara konsisten dilakukan untuk menguatkan kebijakan physical distancing sebagai strategi dasar demi mengatasi pandemi Virus Corona Covid-19.
Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Ahmad Yurianto, mengungkapkan strategi penanganan kasus covid-19 di Indonesia yaitu :
pertama sebagai penguatan strategi dasar itu adalah dengan gerakan masker untuk semua yang mengampanyekan kewajiban memakai masker saat berada di ruang publik atau di luar rumah. Strategi kedua, adalah penelusuran kontak (tracing) dari kasus positif yang dirawat dengan menggunakan rapid test atau tes cepat.
Di antaranya adalah pada orang terdekat, tenaga kesehatan yang merawat pasien Covid-19, serta pada masyarakat di daerah yang ditemukan kasus banyak. gunanya pemerintah tentukan kebijakan untuk lakukan screening atau pemeriksaan penapisan dengan rapid test. Alat rapid test Sudah didistribusikan lebih dari 450 ribu kit ke seluruh Indonesia. Tujuannya untuk penjaringan kasus penelusuran kontak pada tenaga kesehatan dan komunitas di wilayah yang banyak sekali kasus positif. Ini strategi awal yang dilakukan terkait tes.
Strategi ketiga adalah edukasi dan penyiapan isolasi secara mandiri pada sebagian hasil tracing yang menunjukan hasil tes positif dari rapid tes atau negatif dengan gejala untuk melakukan isolasi mandiri. Isolasi bisa dilakukan mandiri atau berkelompok seperti diinisiasi oleh beberapa kelompok masyarakat.
Hal ini bisa dilakukan dengan baik tanpa ada stigmatisasi dan upaya mengucilkan. Dari kelompok ini, jika kemudian dilakukan tes ulang ditemukan positif atau keluhan klinis yang memburuk, baru akan dilakukan pengecekan antigen melalui metode PCR demi efektifitas pemeriksaan. Strategi keempat adalah isolasi Rumah Sakit yang dilakukan kala isolasi mandiri tidak mungkin dilakukan, seperti karena ada tanda klinis yang butuh layanan definitif di Rumah Sakit.
Dari strategi kedua Negara di atas dalam menghadapi kasus covid-19, dapat kita tahu bahwa ada beberapa kebijakan yang cukup signifikan di lakukan oleh kedua Negara tersebut. Antara lain adalah pada kebijakan pengawasan yang cukup ketat, antar singapura dan Indonesia, di singapura menerapkan sitem informasi pelacak seacara online,sehingga update data yang di dapat cukup relative cepat dan real, juga yang paling penting adalah tempat pengobatan/klinik khusus orang yang terkena virus covid-19 di tangani secara gratis.
Sedangkan di Indonesia penerapan 4 strategi itu tak lain adalah control terhadap kenaikan kasus perhari di setiap wilayah yang berada di zona tertentu, juga sebagai penanganan bagi yg terdampak dengan melakukan isolasi mandiri dan rapit tes disetiap daerah yang berada pada zona merah. Penerapan lockdawn pada kedua Negara diatas pun sangat berbeda, di singapura penerapan lockdawn berlaku secara keseluruhan bagi masyarakat singapura, tanpa melihat strata social. entah dia pejabat atau masyarakat biasa.
Sedangkan di Indonesia penerapan lockdawn sangat di jaga dengan ketat, tetapi kebijakan ini kadang di langgar oleh pejabat Negara dan pemerintan daerah, dan sanksi yang telah berlaku kadang di langgar oleh pemerintah dan itu tidak di tindak lanjuti secara serius. di singapura, penerapan sanksi di Negara tersebut berlaku secara keseluruhan tanpa pandangbulu.
Dan itu menjadi salah satu sebab singapura mengalami penurunan kasus yang cukup cepat dari Negara-negara di asia lainnya. Sehingga ini perlu jadi pembelajaran dan rujukan bagi Indonesia dalam membuat dan menentukan kebijakan yang lebih baik lagi.
Dari hasil analisis penulis tersebut di atas dapat di simpulkan bahwa Indonesia perlu mencontohi singapura dalam kasus penanganan penyebaran virus SARS Corona 19 dengan segala kebijakan dan penerapan hukum yang berlaku di sana.
Sehingga Indonesia secara cepat mengalami penurunan dan keberhasilan pada penanganan kasus covid-19, tentunya melakukan penekanan dan control ketat terhadap penyebaran virus corona sesuai yang di lakukan Negara tetangga kita yaitu singapura.
laporan Firman