Luwu Timur, Chaneltimur.com – UPTD Puskesmas Tomoni Timur menggelar lokakarya mini (Lokmin) lintas sektor bidang kesehatan pada Selasa (18/02/25) di aula kantor kecamatan setempat. Pertemuan ini membahas berbagai isu kesehatan yang menjadi tantangan di wilayah tersebut, mulai dari status gizi balita, penyakit dominan, hingga langkah pencegahan penyakit menular dan tidak menular. Hadir dalam acara tersebut Camat Tomoni Timur Yulius, Kepala UPTD Puskesmas Tomoni Timur Niluh Gd Sumardani, serta perwakilan dari Forkopincam, kepala desa, bidan desa, BPD, kepala sekolah, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Timur.
Dalam sambutannya, Camat Tomoni Timur Yulius menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mengatasi permasalahan kesehatan di wilayahnya.
“Kesehatan adalah layanan dasar yang wajib dipenuhi oleh pemerintah. Kita harus serius membicarakan hal ini, terutama terkait pencegahan stunting, DBD, dan penyakit tidak menular lainnya yang diderita masyarakat, selain infrastruktur dan alat kesehatan,” ujar Yulius.
Ia juga menyoroti pentingnya sinergi antara puskesmas dan pemerintah desa dalam implementasi Integrasi Layanan Primer (ILP) yang akan diberlakukan tahun ini.
“Kita harus memastikan bahwa insentif kader dan kelengkapan lain yang dibutuhkan untuk melayani masyarakat di posyandu sudah lengkap dan petugas siap memberikan pelayanan” tambahnya.
Kepala UPTD Puskesmas Tomoni Timur, Niluh Gd Sumardani, dalam paparannya mengungkapkan bahwa tuberkulosis (TB) paru menjadi salah satu fokus utama dalam rapat tersebut. “Sepanjang Januari 2025, tercatat enam kasus baru TB yang tersebar di tiga desa, yakni Pattengko (2 kasus), Manunggal (2 kasus), dan Margomulyo (2 kasus). Sementara itu, lima kasus yang masih menjalani pengobatan sejak 2024 tersebar di Purwosari, Kertoraharjo, dan Manunggal,” jelas Niluh.
Selain TB, penyakit lain yang banyak ditemukan pada pasien rawat inap juga menjadi perhatian. Data puskesmas menunjukkan adanya tren peningkatan kasus anemia pada remaja putri. Kondisi ini diduga dipengaruhi oleh pola makan dan asupan gizi yang kurang optimal. “Kita perlu meningkatkan edukasi tentang pentingnya gizi seimbang, terutama bagi remaja putri yang rentan mengalami anemia,” tambah Niluh.
Rapat ini juga membahas upaya pencegahan dan penanganan stunting, yang masih menjadi masalah serius di beberapa desa. Camat Yulius menegaskan bahwa pemerintah kecamatan akan terus berkoordinasi dengan puskesmas dan desa untuk memastikan program-program pencegahan stunting berjalan efektif. “Kita harus memastikan bahwa setiap anak di Tomoni Timur mendapatkan gizi yang cukup dan layanan kesehatan yang memadai,” ujarnya.
Tokoh masyarakat dan perwakilan desa yang hadir juga menyampaikan komitmen mereka untuk mendukung program kesehatan yang digagas oleh puskesmas dan pemerintah kecamatan. “Kami siap bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan, terutama dalam mencegah penyakit menular dan tidak menular,” kata salah satu perwakilan desa.
Dengan adanya rapat lintas sektor ini, diharapkan berbagai permasalahan kesehatan di Tomoni Timur dapat segera teratasi melalui kolaborasi dan sinergi antara pemerintah, puskesmas, dan masyarakat. Upaya ini diharapkan mampu menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan sejahtera bagi seluruh warga Tomoni Timur. L/red