Jurnalisme Investigasi

oleh -16 membaca
oleh

Luwu Timur, Chaneltimur.com Saya baru saja menyelesaikan kursus jurnalistik secara online, baru tahap Awal, karena materinya banyak. Ini bukan kursus sembarangan, ini kursus dari Tempo Institute, yang sejak dulu dikenal keras kepala dalam satu hal, idealisme.

Judulnya, Jurnalisme Investigasi.
Kesan saya, ini bukan kursus, ini penyadaran.

Selama ini saya pikir jurnalisme investigasi adalah pekerjaan untuk wartawan dengan otot baja dan hati sekeras karang. Ternyata, memang iya, tapi juga tidak sesempit itu.

Bukan hanya soal nyali, tapi soal tekun, soal sabar, soal menulis dengan akal, bukan hanya dengan tangan. Soal melihat sesuatu yang tak terlihat, lalu menyusunnya seperti puzzle, menjadi cerita, tapi bukan cerita karangan, ini kisah nyata, berdarah, berdata.

Di pelatihan itu, saya baru tahu, investigasi bukan pekerjaan dadakan. Ia bukan hasil ikut-ikutan. Ia harus digarap seperti orang Jawa membuat keris, ada riset, ada meditasi, ada logika, ada intuisi, dan yang paling penting, ada keberanian untuk dicaci dan dilupakan. Karena kadang, investigasi berakhir di tempat yang tidak glamor, meja redaksi, diedit, dipotong, disimpan, bahkan tak jadi terbit.

Tapi justru di situ seninya.

Kalau news feature itu seperti menulis puisi, indah dan menyentuh, maka jurnalisme investigasi itu seperti menulis surat gugatan ke pengadilan, kering, tapi penting, tegas, tapi tetap elegan.

Pelatihan ini juga mengingatkan saya, investigasi bukan tentang drama, bukan tentang gaya hidup wartawan heroik yang lari dari kejaran intel, bukan soal menyamar pakai topi dan kacamata gelap, ini soal dokumen, data, jejak digital, aliran uang, percakapan WhatsApp, semua yang terlihat biasa, tapi menyimpan letupan kebenaran.

Tempo mengajarkan kami untuk tidak terlalu percaya pada pernyataan, karena jurnalisme investigasi tidak hidup dari kutipan, ia hidup dari pembuktian.

Saya jadi ingat sebuah kalimat dari mentor saya,

“Kalau berita biasa membuat orang tahu, investigasi membuat orang paham, dan kadang membuat orang marah.”

Di situlah risikonya. Kadang investigasi bukan cuma memuat berita, ia bisa menjatuhkan pejabat, membongkar kebohongan, mengacaukan reputasi. Karena itu ia tidak boleh ceroboh. Sekali salah, habis sudah kepercayaan yang dibangun bertahun-tahun.

Saya kira saya sudah cukup tahu soal jurnalistik, tapi kursus ini membuktikan, saya baru di tepi kolam, airnya masih jauh, dan dalam, tapi saya tak sabar untuk menyelam lebih dalam.

Karena di sanalah kebenaran kadang disembunyikan, dan jurnalisme investigasi adalah cara untuk menyelam ke dasar, untuk membawanya ke permukaan.

@yul.lutim
#camattomonitimur
#pernahjadiwartawan
#pewartawarga
#freelance