LUWU UTARA, Chaneltimur.com – Elektabilitas Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Luwu Utara, Suaib Mansur – Triyono Kusnan mengungguli kandidat lain menjelang hari H Pilkada Luwu Utara. Baru Baru ini Survei yang digelar Nusantara Polition Research and Consulting (NPRC) menunjukkan elektabilitas Suaib Mansur-Triyono Kusnan unggul dari kompetitornya, dengan Angka 35,48%.
Almahendra mengamati politik Pilkada Luwu Utara mengatakan, tingginya elektabilitas Suaib Mansur saat ini menunjukkan bahwa adanya kerja kerja dan strategi politik secara massif yang dijalankan oleh tim Smart.
Angka Elektabilitas ini juga menandakan bahwa Pemilih Dan pendukung Suaib Mansur terus mengalami kenaikan Secara signifikan yang dilatar belakangi kesukaan dan hati nurani.
“Ini salah satu bukti bahwa suara pak Suaib dan Pak Triyono ini secara perlahan naik. Jadi dari awal pendaftaran di KPU hingga hari ini pendukungnya terus bertambah. Beda dengan kandidat lain, yang terus mengalami penurunan”,Jelas Hendra, Rabu, (20/11/2024).
Menurut Hendra, Dari awal ia memprediksi bahwa Elektabilitas Suaib Mansur ini akan terus mengalami kenaikan. Hal itu disebabkan, cara kerja tim pemenangan Smart yang terlihat pelan tapi teratur.
“Kalau kita lihat ini tim pemenangan Smart, dari awal mereka tidak gembar gembor, juga tidak bikin janji janji kepada masyarakat, terus mereka pelan pelan memasuki pemilih pemilih hati nurani. Dan salah satu keuntungan Smart adalah semua masyarakat yang dijanji dan kecewa dengan kandidat lain, otomatis akan beralih ke Smart. Karena di Smart ini tidak ada janji janji apalagi gembar gembor. Murni menawarkan visi misi dan hati nurani. Jadi ini salah satu keuntungan Smart. Pelan tapi pasti, dan pastinya adalah suara suara hati nurani, yang militan akan saling merangkul”,Ungkapnya.
Mantan Aktivis itu mengatakan, ada beberapa alasan mengapa elektabilitas Smart terus mengalami kenaikan. Suaib Mansur yang dikenal baik, sabar, sederhana, dan jujur, menjadi alasan mengapa masyarakat banyak memilih Smart. Kemudian Tim pemenangan Smart yang berpolitik ramah juga salah satu indikator masyarakat berbondong-bondong ke smart.
“Bisa kita lihat fakta di lapangan, di awal awal semua calon terlihat sudah massif gembar gembor, ada yang bagi bagi sarung, kerudung, botol air minum, bahkan ada yang blusukan ke pasar pasar dan menebar janji Kampanye. Sementara tim Smart tidak ditemukan melakukan hal yang sama. inilah juga salah satu menjadi penilaian masyarakat bahwa terlihat Smart ini tidak suka pencitraan, tidak menjalankan politik bagi bagi. Masyarakat tentu respek dan apresiasi Smart yang melakukan politik dinamis, baik, dan santun. Jadi inilah mengapa suara Smart itu terus naik secara perlahan hingga akhir, tidak seperti kandidat lain yang diawalnya saja tinggi, tapi terus mengalami penurunan hingga akhir. Intinya fakta membuktikan bahwa Elektabilitas Smart terus mengalami kenaikan”,Jelasnya.
Hendra menambahkan, strategi politik yang dimainkan Smart ini tidak boleh dianggap remeh oleh kandidat lain. Sebab tidak menutup kemungkinan suara suara silent atau tersembunyi yang selama ini mendukung Smart akan terus bermunculan.
“coba kita mengingat kembali sebelum pendaftaran di KPU, Suaib Mansur Calon Bupati yang sering di isukan tidak punya partai, tidak punya uang, tidak ada yang mendukung. Bahkan sering di remehkan oleh para pendukung calon lain. Tapi semua isu itu terbantahkan, Suaib Mansur Calon Bupati yang pertama kali mendeklarasikan diri, kemudian calon Bupati yang pertama kali mendaftar di KPU. Yang menariknya calon bupati yang diantar oleh pendukungnya dari batas mari mari hingga ke Kantor KPU. Orang seperti Pak Suaib Mansur inj tidak boleh diremehkan, karena militansi hati nuraninya dilapangan sangat banyak”,Pungkas Hendra.
Sebelumnya Nusantara Polition Research and Consulting merilis Elektabilitas Suaib Mansur-Triyono Kusnan (SMART) mendapat dukungan 35,48 persen dan Muhammad Fauzi-Ajie Saputra (MAJU) 29,54 persen. Sementara diurutan ketiga Andi Abdullah Rahim-Jumail Mappile (AMANJI) 18,16 persen dan Arsyad Kasmar-Fajar Jabir diurutan buncit.
Masih ada 2,57 persen yang tidak tahu tidak jawab atau belum menentukan pilihan.
(*)